Kisah Nabi Zakaria Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat (Mukjizat)

Kisah Nabi Zakaria Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat (Mukjizat)

Konten [Tampil]

Kisah Nabi Zakaria Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat (Mukjizat)

Pendidikan dalam Islam tentunya sangat erat kaitannya dengan sejarah dan kisah para Nabi dan Rasul. Umat Islam diharapkan dapat mengambil pelajaran dari setiap kisah yang menceritakan kehidupan dan mukjizat Nabi dan Rasul.

 

Kisah Nabi Zakaria Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat dapat diartikan sebagai media untuk memberikan hidayah kepada umat manusia yang dijadikan Allah SWT dan diambil dari ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur'an.

 

Kisah-kisah para Nabi dan Rasul umumnya mengandung unsur iman, ibadah, dan akhlak sehingga diharapkan mampu memberikan pesan kepada umatnya serta menjadi pedoman bagi umat Islam.

 

Kisah Nabi Zakaria yang akan dibahas di bawah ini tentunya mengandung nilai-nilai yang dapat mengubah akhlak umat Islam menjadi lebih baik dengan meniru akhlak Nabi Zakaria yang terpuji.

 

Kisah Nabi Zakaria Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat

Nama Zakaria disebutkan dalam Injil dan juga dalam Alquran sebanyak 8 kali. Menurut sejarah, ia diangkat menjadi nabi tepatnya pada tahun 2 SM, tepatnya pada usia sembilan puluh tahun, dan ditugaskan untuk memajukan bangsa Israel di Palestina.

 

Kisah Nabi Zakaria Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat memiliki seorang putra tunggal bernama Yahya yang kemudian juga menjadi seorang nabi. Sepanjang hidupnya, Nabi Zakaria telah mendambakan seorang anak yang nantinya akan menjadi ahli warisnya.

 

Zakaria memiliki saudara bernama Imran dengan seorang wanita bernama Elisabeth. Riwayat lain menyebutkan bahwa istrinya bernama Al-Yashbi' dimana ia masih merupakan keturunan Harun Nabi Zakariya, jika ditelaah lebih dalam, dapat dikatakan bahwa ia masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Sulaiman.

 

Zakaria Diutus Sebagai Nabi

Ketika diangkat menjadi nabi pada usia sembilan puluh tahun, ia berdoa siang malam tanpa henti dan memohon kepada Allah agar diberikan seorang anak yang nantinya dapat melanjutkan dakwahnya, khususnya kepada Bani Israil. Nabi Zakaria sangat mengkhawatirkan kondisi umatnya setelah wafatnya jika suatu saat ia tidak memiliki anak untuk melanjutkan tugasnya sebagai nabi.

 

Nabi Zakaria sangat khawatir Bani Israil akan kembali ke jalan hidupnya yang penuh kemaksiatan dan kemaksiatan, apalagi jika memungkinkan umatnya mengubah hukum Musa dengan menambah atau mengurangi isi Taurat menurut keinginan mereka.

 

Kisah Nabi Zakaria A.S. Dan Maryam Binti Imran

Nama Maryam sering disebut-sebut dalam berbagai kisah Zakaria. Dia adalah anak tunggal Imran, seorang ulama dan pemimpin agama di Bani Israel. Di sisi lain, ibu Maryam adalah saudara ipar Nabi Zakaria.

 

Konon ibu Maryam adalah seorang wanita mandul sehingga sejak menikah dengan Imran belum pernah merasakan kebahagiaan bisa melahirkan seorang anak. Dia merasakan kesedihan dan kesepian yang mendalam karena masalah tersebut.

 

Ia berharap dapat diberikan keturunan karena menganggap dengan lahirnya seorang anak, kondisi keluarganya juga akan lebih harmonis. Selain itu, ia juga membutuhkan anak sebagai seseorang yang dapat menghilangkan kesedihan dan membawa kebahagiaan dalam kehidupan keluarga.

 

Suatu ketika dia melihat seekor burung memberi makan anaknya, melihat kejadian ini membuatnya sangat sedih dan iri pada hari itu. Di lain waktu ia diperlihatkan kepada seorang ibu yang sedang hamil, kejadian itu juga membuatnya semakin sedih dan terus membuatnya ingin segera memiliki anak.

 

Waktu terus berubah, di sisi lain usianya juga semakin tua, namun keinginan untuk memiliki anak belum juga terkabul. Berbagai cara telah ia lakukan dan ribuan perangkat telah ia lakukan, namun tetap tidak membuahkan hasil.

 

Setelah segala daya dan upaya yang dilakukan oleh seorang makhluk, akhirnya istri Imran menyadari bahwa segala daya dan upaya tersebut berasal dari kehendak Allah, di mana ia adalah satu-satunya tempat di mana semua makhluk harus berharap. Jadi dia bertekad untuk menaruh harapannya hanya kepada Allah dan bersujud siang dan malam dengan penuh kerendahan hati dan kerendahan hati.

 

Nabi Zakaria bersumpah dan berjanji kepada Tuhan bahwa jika permintaannya dikabulkan, dia akan membiarkan putranya menjadi pelayan, penjaga, dan mengabdikan sepenuhnya layanan putranya ke rumah suci Baitul Maqdis. Karena keikhlasannya, ia pun sesekali berencana untuk tidak memanfaatkan anaknya berdasarkan kepentingannya sendiri atau kepentingan keluarganya.

 

Sebagai bentuk penyerahan diri kepada Tuhan, maka segala usaha dan usahanya tidak sia-sia. Allah telah mengabulkan permintaannya dan mengabulkan doanya sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam takdir-Nya, yaitu bahwa akan diturunkan seorang nabi besar dari keturunan Imran.

 

Tak lama berselang, ada tanda-tanda hamil yang dirasakan istri Imran, yakni semakin terlihatnya pembesaran perut yang menandakan munculnya janin di dalamnya.

 

Melihat pemberian tersebut, istri Imran merasa sangat senang karena keinginan yang selama ini diidamkannya akan terkabul, ditambah lagi dengan kondisi rumah tangganya yang semakin harmonis berkat kehadiran buah hatinya. Ia pun mulai mempersiapkan dengan sebaik-baiknya apa yang akan diberikan kepada buah hatinya yang akan datang sembari menunggu proses persalinan datang.

 

Namun sebelum hari bahagia itu tiba, istri Imran kembali diberikan cobaan oleh Tuhan. Imran, suami yang sangat disayangi dan disayanginya, serta orang yang telah menemaninya berdoa dan berharap, tiba-tiba dicabut nyawanya oleh Izra'il, meninggalkan istrinya yang dalam kondisi sangat hamil.

 

Kesedihan yang menimpa istri Imran karena kehilangan suami tercinta bercampur dengan rasa sakit dan lelah yang dia rasakan karena kelahiran bayi yang dinantikannya. Tidak lama kemudian, akhirnya bayi yang mereka inginkan lahir dengan selamat. Namun, ada sedikit kekecewaan di wajah sang ibu karena ekspektasi jenis kelamin bayi yang dilahirkannya tidak sesuai.

 

Kekecewaan itu muncul akibat lahirnya bayi berjenis kelamin perempuan, padahal saat itu sang ibu sangat mengharapkan bayi yang akan dilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, ia juga berikrar bahwa anak yang dinantinya nanti akan dijanjikan untuk diberikan kepada Baitul Maqdis.

 

Dengan nada kecewa sang ibu mengadu kepada Allah seraya berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan seorang anak perempuan, sedangkan aku bersumpah akan melepaskan seorang anak laki-laki yang lebih layak menjadi hamba dan pengurus Baitulmaqdis”. Kemudian Allah menjadikan Zakaria, saudara iparnya, dan ayah Maryam sebagai wali yang akan selalu menjaganya.

 

Oleh karena itu, Maryam kemudian diserahkan kepada pengurus Baitulmaqdis. Melihat kondisi ini, para biksu kemudian memperebutkan Maryam untuk dirawat dan diawasi. Melihat kondisi yang semakin riuh akibat perebutan hak asuh, terjadilah proses undian yang akhirnya jatuh kepada Zakaria seperti yang dijanjikan Allah kepada ibunya.

 

Nabi Zakaria A.S. Mengasuh Maryam

Setelah diputuskan bahwa Maryam akan diasuh oleh Zakaria, tugas menunggu. Zakaria ditugaskan untuk menjaga Maryam agar tetap aman, sehingga dia perlu dilindungi dan dijauhkan dari keramaian orang yang saat ini sedang datang ke Baitul Maqdis untuk menemui Maryam. Maryam diberi tempat tinggal yang terletak di lantai atas Baitul Maqdis sehingga sangat sulit dijangkau.

 

Zakaria bersyukur atas prestasinya setelah menerima hak asuh Maryam. Ia merasa sangat senang dan beruntung atas kewajibannya untuk secara hukum mengawasi dan merawat Maryam, mengingat Maryam adalah anak dari saudaranya sendiri.

 

Selain itu, ia juga berusaha menghilangkan kerinduan akan keturunannya yang tidak pernah diberikan Allah kepadanya dengan menganggap Maryam sebagai putrinya sendiri. Setiap kunjungan Zakaria melihat situasi dan mengurus kebutuhan sehari-hari Maryam. Zakaria tidak pernah lalai dan meninggalkan tugasnya dalam merawat Maryam.

 

Rasa cinta dan sayang Nabi Zakaria kepada Maryam sebagai anak dari ayah istrinya yang ditinggalkan oleh ayahnya bertambah menjadi rasa hormat dan hormat ketika Zakaria menyadari bahwa Maryam bukanlah gadis biasa seperti gadis pada umumnya, namun ia adalah wanita pilihan Tuhan yang diberi anugerah. amanat dan kedudukan yang mulia di masa lalu. depan.

 

Peristiwa yang membuat Zakaria mengubah pandangannya tentang Maryam adalah ketika suatu hari Zakaria datang mengunjungi Maryam, namun ia mendapati Maryam sedang berdzikir dan sujud kepada Allah. Melihat ini dia kemudian terkejut dan heran. Ditambah dengan kondisi buah-buahan yang tergeletak di depan Maryam namun Maryam tidak tergoda untuk memakannya.

 

Saat itu dia mulai bertanya pada dirinya sendiri tentang asal muasal buah yang selama ini tergeletak di depan Maria. Sementara musimnya di musim dingin, bukan musim panas yang bisa menghasilkan buah seperti itu. Selain itu, tidak ada yang datang menjenguk Maryam dan membawa buah selain Zakaria.

 

Kemudian Zakaria bertanya kepada Maryam, “Wahai Maryam, dari mana kamu mendapatkan rezeki ini, padahal tidak ada yang mengunjungimu dan kamu tidak pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan yang hanya bisa muncul di musim panas.”

 

Sekilas Maryam menjawab, “Ini adalah pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau meminta. Lalu mengapa kamu merasa heran? Bukankah Allah yang memberi?” Akibat peristiwa ini, Zakaria mengakui hikmah dan mukjizat Maryam yang nantinya akan melahirkan seorang nabi besar, Nabi Isa AS.

 

Dalam Al-Qur'an, kisah kelahiran Maryam hingga masa diasuh oleh Zakaria dijelaskan dan dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

 

Nabi Zakaria Mendambakan Seorang Anak

Suatu hari seorang janda yang sebelumnya adalah istri Imron datang kepada Nabi Zakaria. Janda tersebut bermaksud untuk menyerahkan bayi perempuannya yang bernama Maryam kepada Nabi Zakariya untuk dirawat dan dibesarkan sesuai dengan nazarnya.

 

Namun, kejadian ini menimbulkan masalah, yakni mengenai siapa yang berhak mengurus Maryam. Untuk memecahkan kebuntuan, lotere diberlakukan. Proses menggambar dilakukan dengan cara melempar pulpen ke dalam bejana yang telah diisi air di dalamnya. Barangsiapa memiliki pena yang bisa mengapung, maka orang itu berhak menjaga Maryam.

 

Setelah masing-masing imam melemparkan penanya ke dalam bejana, barulah dapat diketahui hasilnya dan dapat ditentukan siapa yang berhak mengurus Maria. Ternyata pena Nabi Zakariya yang melayang sehingga berhak menjadi ayah angkat Maryam, selain itu semua kebutuhan Maryam juga ditanggung Nabi Zakariya.

 

Namun kemudian rasa sayang Nabi Zakariya kepada Maryam berubah menjadi rasa takjub karena suatu peristiwa. Suatu hari Nabi Zakaria mengunjungi Maryam dan dikejutkan dengan munculnya buah-buahan yang hanya bisa tumbuh di musim panas di dekat mihrab Maryam, padahal saat itu sedang musim dingin. Namun Maryam dengan tegas menjelaskan bahwa semua buah itu dari Allah.

 

Mendengar jawaban ini, tiba-tiba Nabi Zakariya tercengang dan terharu. Mengingat dirinya belum pernah dikaruniai seorang anak, maka pada saat itu ia berdoa kepada Allah dan meminta dikaruniai seorang anak.

 

Saat itu, turunlah firman Allah SWT melalui malaikat Jibril bahwa Nabi Zakaria akan segera dikaruniai seorang anak bernama Yahya, dengan tanda bahwa ia tidak dapat berbicara selama 3 hari 3 malam.

 

Zakaria Berdoa Kepada Allah Agar Mendapatkan Keturunan

Suatu malam Zakaria berdoa kepada Allah dan mengucapkan doa, "Ya Tuhanku, beri aku seorang putra yang akan mewarisi saya dan mewarisi sebagian dari keluarga Ya'qub, yang akan melanjutkan kepemimpinan dan bimbingan saya kepada Bani Israel".

 

Zakaria khawatir kelak tidak memiliki keturunan yang dapat melanjutkan tugasnya yaitu memperbaiki kondisi Bani Israil sehingga dapat merusak akidah dan keimanan umat.

 

Sekilas, Allah menjawab, ditandai dengan turunnya firman Allah, “Wahai Zakaria, kami sampaikan kabar gembira kepadamu, kamu akan mendapatkan seorang putra bernama Yahya yang saleh dan menghalalkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin, menahan hawa nafsu dan godaan setan. , dan akan menjadi seorang nabi."

 

Kemudian Nabi Zakaria berkata: "Ya Allah, bagaimana saya bisa punya anak ketika istri saya mandul dan saya sudah tua." Allah berfirman: “Ini mudah bagiku. Bukankah Aku telah menciptakan kamu ketika kamu tidak ada pada waktu itu.”

 

Akhirnya, Zakaria memiliki keyakinan penuh pada janji Tuhan. Tak lama kemudian istrinya hamil dan melahirkan seorang putra dan kemudian diberi nama Yahya. Sesuai janji Allah, kelak Yahya juga akan menjadi nabi seperti ayahnya, Nabi Zakaria.

 

Kelahiran Nabi Yahya A.S.

Jika dilihat dari silsilah dan silsilahnya, dapat dikatakan bahwa Nabi Yahya A.S. juga memiliki ayah yaitu Nabi Zakaria A.S. dari Bani Israil. Namun sangat disayangkan karena pada saat itu Bani Israil dikenal sebagai bangsa yang tidak beradab dan suka berbuat dosa karena kedangkalan keimanannya.

 

Nabi Zakaria sempat khawatir bila ajal menjemputnya, namun tidak ada keturunan yang bisa melanjutkan perjuangannya untuk meningkatkan akhlak Bani Israil agar lebih berani melakukan tindakan menyimpang, salah satunya mengubah isinya. kitab suci Taurat dan menyalahgunakan hukum agama.

 

Kekhawatiran demi kekhawatiran terus menghantui pikiran Nabi Zakaria, ditambah dengan kesedihan yang tiada henti akibat tidak dikaruniai keturunan mengingat usianya saat itu adalah 90 tahun.

 

Sesekali ia merasa terhibur dengan kehadiran Maryam yang dianggap sebagai anak kandungnya sendiri, namun kesedihan itu muncul kembali dan keinginan untuk memiliki keturunan tetap terpendam kuat di dalam hatinya.

 

Namun, tekad Nabi Zakaria tetap kuat dan tabah, ditambah lagi dengan kejadian mukjizat sajian makanan di mihrab Maryam. Ia percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, mengingat peristiwa-peristiwa yang menunjukkan kekuasaan Allah kepada Maryam melalui hidangan yang disuguhkan kepada Maryam. Namun keyakinannya terbayar saat Nabi Yahya lahir di bumi.

 

Sekian untuk pembahasan Kisah Nabi Zakaria Lengkap Dari Lahir Sampai Wafat, silahkan disebarluaskan, semoga bermanfaat untuk kita semua.

 

Sumber: pondokislam.com

ARTIKEL LAINNYA